Kata Kata Ku

Gemericik Kata

Sabtu, 29 Juni 2013

Artikel



Fokus pada Apa yang kau mau

”Aku bukanlah makhluk yang paling bahagia”.....seorang sahabat dengan semangat dan sepertinya antusias sekali mencurahkan gulana hatinya pada pesan di inboxku.

Sekilas. Sepertinya tidak ada yang salah. Sepertinya kita juga cepat memahami bahwa hidup memang tak selalu mudah, tidak cukup mengkiaskan hidup bak roda pedati, harus lebih lengkap dengan jalan berlumpur dan berlubangnya. Pendek kata, dari zaman purba hingga masa yang akan tiba, hidup kita tak selalu mudah. Tapi, kabar gembiranya adalah kita hidup tidak sendiri di fana dunia ini. Kita hidup bersisian dengan kenangan, pengalaman dan pengajaran oleh orang lain dan terkadang kita sendiri sebagai pelaku. Kita hidup sempurna dengan racikkan bumbu kehidupan, terserah kita, menu apa yang mau kita hidangan. Begitu saja. Kita yang menjadi penentu pilihan.

Sebuah pelajaran banyak di ingatkan kepada kita pada forum diskusi serta kajian-kajian keilmuan. Dengan amat terpaksa saya harus memaksa sahabat untuk mempercayai ini. Sebuah teori dasar dan sederhana dalam psikologi mengatakan bahwa: Pikiran yang dominan tentang suatu hal punya kecenderungan yang besar akan terjadi. Pesan moralnya adalah, kita di suruh selalu berpikiran positif –khusnuzdhon dalam bahasa agama—tentang apa dan bagaimana alur takdir kehidupan, agar apapun yang kita tuai nanti merupakan bibit kebaikan yang kita semai hari ini. Dan, hal paling sederhana yang mewakili pikiran kita adalah perasaan kita sendiri. Ketika kita berani mengatakan ’kita tidak bahagia’. Maka, bisa di tebak hasilnya kita tidak bahagia.

Tentang sahabat saya ini. Rupanya pikiran tentang ketidakbahagian telah memenjara dirinya, terlalu banyak mengeluh, tanpa sadar ia telah mengunci dirinya sendiri dalam ruang gelap, tak menyisakan celah untuk mengucapkan terimakasih-syukur- atas apa yang telah diterima. Padahal, banyak nikmat yang patut ia syukuri...orangtua utuh, kakak yang ia sayangi dan juga menyanyanginya, adik-adik yang lucu-lucu, tetangga yang ramah, punya rumah, kendaraan yang layak untuk seumuran dirinya, tidak berjerawat, dan relatif rupawan....apalagi. sedangkan ketidakbahagian dirinya—setelah aku terawang-terawang—hanya bersebab satu hal saja.

Terkait dengan ungkapannya. Bukankah itu ekspresi suasana hati yang paling lugu. Hati yang menyuruh akal untuk berpikir, kemudian pikiran yang menyuruh mulut berbicara—tentu kemungkinan kita lebih jujur dalam bicara ketika kita mentas di panggung curhat—jadi, sungguh kita di minta waspada untuk bicara.

Kalau kau percaya Tuhan menjawab semua doa
Kalau kau percaya pikiran dapat mengubah hidupmu
Kalau kau percaya pikiran akan membuatmu bahagia
Kalau kau percaya mendapatkan jodoh yang baik bagi hidupmu
Kalau kau percaya akan senantiasa sehat dalam hidupmu
Kalau kau percaya mendapatkan keturunan yang menenteramkan hati
Kalau kau percaya menerima kelimpahan materi
Kalau kau percaya hidupmu berpayung cinta
Kalau kau percaya di anugrahi sahabat-sahabat yang menguatkan
Kalau kau percaya kau mati dalam khusnulkhotimah

Percayalah akan hal itu dan mulailah berpikir ke arah itu.
Sederhananya mulailah fokus tentang apa yang kau inginkan saja, jangan berfokus akan apa yang tidak kau inginkan. Begitu saja.

(untuk sahabat baikku nun di sana. : aku tergelitik untuk menuangkan persepsiku tentang kebahagian. Tapi, kau saat itu mengebu dan menderu...aku tertinggal di luar, menunggu....hari ini aku genapkan jawaban. Semoga kita berdamai lagi. Karena Allah aku mencintaimu)[]


Rasidisamee, akhir mei.  2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar