Risalah Cinta
Buat Tsabitah: TENTANG NAMAMU
Tsabitahku
sayang...
Di hari aku
membuat surat ini, kau baru terhitung bulan, baru tumbuh gigi, baru menelan
makanan selain ASI. Umurmu pun masih terlalu muda mentah, ketika suatu saat kau
mulai bisa membaca dan mengerti apa yang aku tulis.
Bagi kami
orangtuamu. Kau adalah anugrah terindah dalam hidup keberduaan kami. Kau datang
pada saat yang tepat, disaat kerinduan kami tentang anak seperti wajan berkerak,
bernoda hitam arang. Disaat kesedihan kami tentang keterasingan serupa suara
jangkrik berisik tak penting di pekat malam. Namun, kau memulas wajan menjadi
bersih berkilau, lebih mengkilat dari detergen merk apapun. Kau aransemen semua
suara jangkrik menjadi senandung alam yang syahdu, membuat kami yang mendengar
tak henti mengucap syukur berkali-kali, berkali-kali.
Pertengahan bulan
kesembilan di tahun dua ribu dua belas. Kau lahir. Betapa sukacitanya kami
waktu itu. Wajahmu ranum terang diwarisi dari kemolekan Umimu, hidungmu mancung
dan itu seperti hidungku. Kau cantik, imut dan menggemaskan. Aku tersenyum
bahagia melihat Umimu tersenyum bahagia. Empat tahun kami menunggu kehadiranmu
dengan harap cemas. Tak perlu ku ceritakan perihnya torehan menunggu dan
pedihnya teriris merindu. Kelak, suatu saat kau akan pernah merasakan seperti
juga semua orang merasakannya.
Tak pelak, kehadiranmu
melarung semua kesedihan dan kepedihan kami. Kami merasa bahwa benar surga itu ada, di dunia dan kehidupan setelahnya.
Itulah hidup kami kini, berada ditengah-tengah nirwarna. Aku bahagia, Umimu
bahagia, orang tua kami bahagia, orang-orang di sekitar kami yang bersimpati dan
berempati atas kehidupan kamipun bahagia.
Lalu kami
berpikir untuk segera menyematkan nama cantik kepadamu. Nama yang membuat kamu
terdengar bertambah jelita dan indah, nama yang menyempurnakan arti
kehadiranmu. Hanya sejenak waktu, kemudian kami menemukan dua kata itu. Kata-kata
yang merepresentasikan perasaan kami, perasaan orang tua kami, perasaan
orang-orang di sekitar kami. FARIHA AT-TSABITAH : Orang yang senantiasa
bahagia. Begitu kira-kira terjemahannya.
Kami percaya
sebuah nama adalah kalimat doa. Kami percaya kebahagianlah yang dicari semua
orang. Kami percaya kebahagiaan harus di pelihara sehingga makin bertumbuh.
Kata orang, kita harus bahagia dulu sebelum membuat orang bahagia. Tapi, kami
menemukan kenyataan bahwa kehidupan ternyata tak selalu menyenangkan. Selalu
ada duka dan kesedihan pada setiap alir takdir. Hidup tak selalu mudah, tentu
pula tidak membuat kita bahagia. Kami menghayati itu sebagai suatu keniscayaan.
Dan itu tersusun rapi dalam bilik-bilik kenangan kami.
Tapi kami tahu hidup
tetap berjalan. Tak ada waktu untuk menimbun kesedihan untuk kemudian memasak
dan menghidangkannya dalam helat kepedihan. Itu tidak berguna, sama sekali
tidak berguna.
Maka kami
mendengarkan nasehat orang bijak, bagaimana menghadapi pertarungan di sengketa kehidupan.
Resep sederhana dari nasehat itu adalah ikhlas menjalankan apa saja yang
digariskan oleh-Nya. Menerima dengan sepenuh hati bahwa kita hidup di bawah
kuasa-Nya. Terlebih, kebahagian bukan terletak pada kejadian-kejadian yang
membuat kita tertawa. Tidak pula terletak pada kejadian-kejadian yang membuat
kita menangis. Tapi kebahagian tertelak pada betapa bijak kita menyikapi segala
sesuatu untuk menjadi indah.
Kami berharap kau
akan senantiasa bahagia dan senantiasa memancarkan kegembiraan seperti makna
dari namamu. Seperti saat kau melarung kidung kesedihan kami menjadikan
senandung suka cita.[]
RasidiSamee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar